Dia berharap, umat Islam sedunia bisa bangkit dari tidur panjang demi pembebasan Masjid al-Aqsha
-Hingga kini, bumi Palestina masih di bawah penindasan Zionis Israel.
Pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi. Namun, situasi di Suriah
lebih parah lagi. Kaum Muslim Ahlus Sunnah ditindas sangat kejam oleh
rezim Syiah.
Demikian disampaikan Imam asal Palestina Syeikh Muhammad al-Ghul
saat berbicara di depan jamaah Masjid ar-Riyadh, Gunung Tembak,
Balikpapan, Kalimantan Timur, Ahad (04/08/2013).
"Di Gaza mereka (umat Islam) mendapat berbagai macam kepedihan;
masjid dihancurkan, wanita jadi janda, tidak lebih dari 2 menit
pembantaian 380 jiwa sahid. Tawanan 10 ribu orang, 400 wanita. Ada yang
lahir di penjara, anaknya tidak boleh keluar. Bahkan ada yang sudah jadi
tawanan sejak sebelum dilahirkan," ungkap Syeikh al-Ghul pada 400
jamaah yang hadir.
Adapun Suriah, kata dia, di sana terdapat berbagai macam kesulitan dan kepedihan yang tak tergambarkan.
"Para wanita diperkosa dan kehancuran-kehancuran yang lain. Jika kita
ingin bertanya tentang berbagai kepedihan, maka negeri Suriah akan jadi
jawaban," ujar imam yang masih berusia 23 tahun ini.
"Di sana terjadi peperangan antara kelompok orang-orang Syiah yang
selalu menyakiti saudara-saudara (Sunni) kita di sana," imbuhnya.
"Akan tetapi, masih saja ada sebagian kaum Muslimin yang tidak tergerak dan menonton dari jauh," lanjutnya.
Penghafal al-Qur'an ini juga mengatakan, krisis Palestina-Suriah
harus diketahui masyarakat publik. Dia berharap, umat Islam sedunia bisa
bangkit dari tidur panjang demi pembebasan Masjid al-Aqsha.
"Bagaimana agar kita bisa bersama-sama berjihad. Bisa dengan jiwa
kita, dengan anak-anak kita, dan dengan harta kita. Bentuk lain adalah
dengan berdoa. Juga, memberikan pendidikan kepada anak-anak didik kita
agar mencintai Masjidil Aqsha. Akan keutamaan yang ada di negeri Syam,"
tandasnya penuh semangat di masjid kompleks Pondok Pesantren
Hidayatullah Balikpapan itu.*